Review Space Jam: A New Legacy, Film Tapi Kok Iklan?!?

Space Jam: A New Legacy adalah sekuel kekinian dari Space Jam (rilis tahun 1996). Film tentang atlet basket beneran yang masuk ke dunia fantasi atau dunia kartun. Di tempat itu nantinya si atlet dipaksa untuk bermain basket bareng geng Looney Tunes, dalam usaha menyelamatkan dunia. Bukan premis film yang buruk. Menarik malah. Apalagi naskah kali ini juga memuat drama ayah dan anak yang relatable bagi penonton. Sebagai penyeimbang dari aksi-aksi lelucon yang gila. Film kedua ini seharusnya bisa jadi penebus film pertama dengan hadir sebagai hiburan yang lebih konyol tapi tetap berbobot. Tapi, Warner Bros. selaku perusahaan media entertainment seharga miliaran dolar, yang memayungi nama brand berbagai film mulai dari bioskop hingga ke platform services, memegang hak cipta untuk karakter-karakter tak terhitung jumlahnya (mulai dari kartun anak-anak hingga ke film untuk orang dewasa!), malah mentitah sutradara Malcolm D. Lee untuk membuat tayangan yang lebih seperti sebuah iklan studio film ketimbang sebuah film.

Dalam Space Jam: A New Legacy ini (seterusnya kita singkat jadi Space Jam 2 aja, yaaa), atlet basket yang jadi tokoh utama adalah LeBron James. Dan musuh yang akan dihadapi oleh James bersama Bugs Bunny and the gank, adalah komputer. Algoritma supercerdas yang membujuk putra James untuk melawan ayahnya, menyandera umat manusia di dalam dunia siber (harusnya judul film ini CyberSpace Jam aja!), dan menciptakan permainan basket dengan aturan curang. Plus pemain-pemain basket yang tak kalah nge-cheatnya!

Looney Tunes, sesuai namanya (Looney adalah plesetan dari kata loony yang berarti sinting), sudah ikonik dengan lelucon kartun yang ngaco. Semacam kalo Bugs Bunny menggambar jalan di tembok, maka gambarnya akan bisa ia jadikan jalan beneran sementara musuhnya akan benjol menabrak dinding jika ikut jalan di situ. Nah, lelucon-lelucon seperti demikian diremajakan, kemudian dibentrokkan dengan kemungkinan-tak-terbatas dari kemampuan komputer. Hasilnya sungguh menghibur. Lucu sekali. Kita akan melihat Nenek Tweety bergaya ala Matrix untuk ngalahin manusia-setengah-hewan bermain basket, misalnya.

Dialog konyol dan komedi-visual para tokoh kartun memanglah tidak lekang usia. Tapi tidak demikian halnya dengan para kartun 2D itu sendiri. Space Jam 2 paham bahwa masa keemasan kartun gambar tersebut sudah lewat. Anak-anak jaman sekarang lebih suka sama animasi 3D, maka Bugs Bunny dan kawan-kawan pun film ini letakkan dalam lingkungan 3D tersebut. Ini sukses membuat mereka tampak segar. Film ini jadi beneran terasa modern.

Di antara kartun dan animasi 3D tersebut, ada LeBron James. Manusia. Pemain basket. Bukan aktor. Dua dunia yang dihadirkan film ini ternyata terlalu berat untuk kemampuan akting James. Dia tampak canggung ketika harus beradu akting dengan karakter-karakter CGI. Karena itu berarti dia harus berakting melihat hal yang sebenarnya tidak dia lihat. Dan juga, James tak kalah parahnya ketika harus berakting lewat ekspresi suara, saat dia nge-voice over karakternya di dalam dunia kartun dua-dimensi. Untungnya, dalam film ini, James ditempatkan pada lapangan yang sudah ia kenal. Basket. Ketika dia di lapangan itu, ketika dia bermain bola basket, dia tampak natural. Dan beneran jago!

‘Warisan’ Michael Jordan kepada LeBron James!

Space Jam adalah selebrasi karir basket. Dalam Space Jam original, karir Michael Jordan-lah yang diangkat. Bintang basket yang pencapaiannya luar biasa banget di periode itu. Film Space Jam didesain untuk mengorbitkan nama (dan brand) Jordan lebih jauh ke dalam kultur pop. Hmm, sepertinya belum sah ya jadi bintang basket kalo belum punya film Space Jam tersendiri. Gelar raja basket kini ada pada LeBron James, yang punya prestasi tak kalah luar biasa. Maka, film ini pun diturunkan kepadanya.

LeBron James dalam cerita film ini memainkan versi fiksi dari dirinya yang asli. Karir dan pencapaiannya yang di-acknowledge oleh cerita, adalah fakta. Tapi konflik dan dramanya, tidak. James diceritakan punya anak yang gemar mendesain video game. Tapi James ingin supaya anaknya mengikuti jejak karirnya. Inilah yang nanti jadi pemisah di antara mereka. Yang menyebabkan si anak bisa terbujuk oleh musuh untuk menantang ayahnya bertanding basket dalam permainan yang ia ciptakan. Space Jam 2 memiliki muatan cerita yang dekat dan menyentuh. Tepat sekali sebagai tontonan keluarga. Anak-anak yang punya masalah dalam mengungkapkan keinginan dan hobi mereka, akan relate sekali. Sekaligus ini dapat menjadi pelajaran parenting kepada orangtua. Untuk tidak memaksakan keinginan, dan lebih menghargai hobi anaknya.

Momen-momen James belajar memahami anaknya seiring dia mengajari para Looney Tunes bermain basket dengan cara yang benar, sebenarnya adalah momen pembelajaran yang indah. Hubungan antara James dengan anaknya sesungguhnya adalah hati yang menghidupkan film ini. Mendaratkannya setelah kita tergelak-gelak melihat aksi kartun yang konyol. Film ini punya potensi untuk menjadi drama ayah-anak yang benar-benar menyentuh. Jika saja, film ini tidak sibuk mengiklankan hal-hal yang tak relevan kepada kita!

A Clockwork Orange Nonton Basket?!?

Sebenarnya bukanlah hal asing bagi sebuah film punya tujuan terselubung untuk mengiklankan suatu produk. The Lego Movie (2014) misalnya. Film itu kan misi utamanya untuk jual produk Lego. Tapi kenapa film tersebut walaupun iklan dianggap sebagai film yang bagus, sementara Space Jam baik yang original, apalagi yang kedua ini dianggap buang-buang duit penonton?

Karena cara penyampaiannya. The Lego Movie benar-benar membangun dunia dari produk yang mereka iklankan. Naskahnya dengan pintar memasukkan hal sesimpel ‘bagaimana cara bermain Lego yang benar’ ke dalam bangunan narasi. Sementara Space Jam ini tidak. Space Jam 2 tidak ada bedanya sama product placement yang biasa nongol sesaat pada beberapa film, bedanya Space Jam 2 melakukan itu terus-terusan!

Alur ceritanya dirancang supaya film ini bisa banyak memunculkan karakter-karakter dari berbagai judul film di bawah payung Warner Bros. Ada DC Universe, Harry Potter, bahkan Rick and Morty. Tapi hanya sedikit sekali dari mereka yang benar-benar punya fungsi di dalam narasi. Selebihnya, ya hanya nampang saja. Semua karakter yang mereka punya, dimunculkan sebagai penonton saat pertandingan basket dimulai. Mulai dari karakter film anak-anak seperti Scooby Doo, hingga ke karakter yang filmnya sebenarnya gak cocok untuk anak-anak (bahkan filmnya gak ada di platform streaming mereka), kayak A Clockwork Orange dan The Devils.

Buat kalian yang suka main game, perbandingannya adalah bayangkan kalo pada game Kingdom Hearts yang banyak menampilkan karakter-karakter Disney dan SquareEnix, tapi kita tidak bisa memainkan atau tidak bisa berinteraksi sama sekali dengan karakter-karakter tersebut. Mereka cuma ada sebagai latar belakang. Tentu game itu jadi tidak asik lagi kan. Sia-sia sekali, karakter banyak tapi tidak difungsikan sebagai apa-apa.

Itulah persisnya yang terjadi pada film Space Jam 2. Dirancang untuk mengiklankan brand Warner Bros. Tapi iklan-iklan itu tidak dijadikan apa-apa. Selain hanya sebagai latar belakang, yang terus menerus muncul. Mengalihkan kita dari cerita yang ada. Seharusnya kekayaan properti studio tersebut bisa menjadi kekuatan penyokong. Space Jam pertama tidak punya ini. Dia hanya berupa iklan sepatu Michael Jordan. Dan film tersebut di-bully karena hal itu. Film kedua ini adalah kesempatan untuk menunjukkan mereka bisa bikin film iklan yang lebih matang dan berbobot. Tapi sekali lagi, hal itu gagal dilakukan.

Meminjam istilah basket, Space Jam 2 adalah rebound shoot yang meleset dari Warner Bros.

Ditulis oleh Arya Pratama Putra dari mydirtsheet.com

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s